Rabu, 15 Desember 2010

Banjir Bandung Selatan

Akhir-akhir ini hujan lebat kembali mengguyur Bandung. Aku betul-betul harus waspada dengan kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini. Jika hujan lebat lebih dari dua jam, aku harus bersiap-siap untuk berhadapan dengan jalanan padat yang geraknya sungguh merayap.
Itulah yang terjadi tempo hari. Berangkat seperti biasa, rupanya aku salah berencana. Ruas jalan yang biasa kulalui telah dipadati oleh segala jenis kendaraan, yang semuanya ingin bersegera sampai di tujuan. Banyak dari kendaraan itu yang merupakan limpahan dari ruas jalan lain yang tak bisa dilalui karena tergenang banjir.
Pejalan kaki mengalah untuk pengendara motor
Pengendara motor berlomba untuk melaju, menghabiskan ruas jalan, hingga menyulitkan arus lalu lintas dari arah berlawanan untuk lewat, membuat kemacetan makin parah saja :p Mereka bahkan mengambil hak pejalan kaki dengan melaju di atas tepian jembatan. Pejalan kaki bahkan terpaksa mengalah untuk mereka. Sungguh teganya.
Aku sendiri, akhirnya tak bisa berbuat apa-apa dan hanya pasrah saja. Menghabiskan snack dan bekal minum yang kubawa dari rumah, bahkan menyempatkan untuk menamatkan bacaan majalah yang kubawa. Sungguh-sungguh bisa kulakukan di tengah kemacetan parah seperti itu. Membaca sambil mengemudi kendaraan. Haha... Hal yang tak akan kulakukan saat kendaraan melaju. Banyak-banyak juga memotret sekitar.
Kencan perahu di bawah jembatan
Selain membaca dan makan-minum, aku cukup banyak mengambil foto-foto dari lokasi banjir. Selain Antrian panjang kendaraan yang membuat stress, ada juga satu-dua moment yang unik, seperti yang berikut ini.
Main-main di tengah banjir.
Setelah berjam-jam di perjalanan, pegal mendera setelah kaki lelah bergantian menginjak pedal gas-kopling dan rem, membiarkan tangan sebelah kanan terpanggang sinar matahari, kelaparan dan kepanasan di perjalanan, dan datang ke sekolah jelang tengah hari. Get real??? Maafkan aku ya, murid-muridku. Hm... mungkin aku harus mengungsi? (oh, please...)
Jadi teringat sekolahku dulu, tempat aku melewatkan 6 tahun di sekolah dasar yang berlokasi di tepi sungai Citarum. Setiap musim banjir siap-siap untuk mendapat libur dadakan karena sekolah terendam air. Tapi tentu harus siap-siap juga untuk kerja bakti membersihkan bekas banjir. Ketika masih anak-anak sih, seru-seru saja. Baru terpikir sekarang, bagaimana ya pikiran guru-guru kami pada waktu itu? Tak bisa mengajar, padahal materi pelajaran masih banyak yang perlu diberikan, atau bahkan saatnya anak-anak untuk ujian akhir, seperti saat ini.
Sekolahku dulu, apa kabarmu?
Foto ini kuambil di kesempatan lain, ketika melintas di ruas jalan Dayeuhkolot, jalan yang jadi langganan banjir Bandung Selatan. Jika banjir besar, ruas jalan ini tak bisa dilalui. Maka kendaraan yang biasa melintas di jalan ini akan mencari jalan alternatif yang salah satunya ke jalan Bojong Soang yang biasa kulalui sehari-hari. Macet beratlah jadinya, seperti kejadian tempo hari. :)
Oya, sekolahku terletak di seberang sungai. Atapnya terlihat di foto ini, di seberang mesjid berkubah kotak, dekat menara radio. Apa kabar ya sekolahku itu sekarang? Apakah banjir masih sering menyapanya? Semoga murid-muridnya masih tetap dapat belajar. 

Tidak ada komentar:

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas ...