Sabtu, 11 Juli 2015

Ramadhan Kali Ini...

Sebagai guru di kelas kecil Sekolah Dasar, menjadi sangat penting untuk menjadi seorang motivator dan role model yang baik untuk murid-murid saya, dan sangat saya sadari bahwa itu bukan tugas yang ringan. Tahun ini, saya ditugaskan untuk menjadi guru kelas 1 SD (lagi). Menyenangkan sekali bertemu dengan anak-anak baru setiap tahunnya. Anak-anak yang manis, tentunya. Beberapa dari mereka sangat energik dan karenanya tak bisa diam, sementara beberapa anak yang lain pintar, rajin, patuh dan cerdas. Mereka senang mendengar cerita sebelum kita melaksanakan shalat dzuhur di kelas dan itu adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan banyak hal yang baik sebagai contoh dalam hidup. 
Selain belajar sabar saat mendengar cerita, mereka pun bisa menyerap hikmah dari kisah yang mereka simak, belajar dari itu dan terinspirasi untuk menjadi orang yang lebih baik. Demikian pula dengan saya sendiri. Belajar dari KSGN, tak tertampung rasanya ilmu yang saya dapat di situ. Tak segan-segan saya ajak teman-teman lain untuk juga ikut bergabung di KSGN agar juga bisa mendapatkan manfaat untuk meng-upgrade diri.  Insya Allah. 
Dan setelah setahun masa belajar di kelas 1, datanglah saatnya libur panjang yang bertepatan dengan Ramadhan. Selain menyemangati diri sendiri, saya pun mendorong murid-murid saya untuk berpuasa. Sebelum Ramadhan, saya menanyakan apakah mereka ingin melakukan puasa penuh selama bulan Ramadhan atau tidak. Beberapa dari mereka sangat bersemangat untuk melakukannya dan menanti-nanti momen Ramadhan. Mereka ingin dan masih perlu pujian, pengakuan terhadap prestasi puasa mereka. Beberapa dari mereka tidak terlalu bersemangat, bahkan meragukan diri mereka sendiri, apakah mereka mampu melakukan puasa sepanjang hari atau tidak. Walaupun begitu, saya tetap memotivasi mereka untuk melakukan puasa, setidaknya sampai pukul 13 ketika mereka berada di sekolah, dan kalau mampu usahakan sampai maghrib. Suatu saat kelak, mereka akan bangga bahwa mereka sudah bisa konsisten berpuasa seharian di bulan Ramadhan, meskipun harus sangat sulit dan menantang saat mereka masih kecil. 
Aktivitas Keseharian
Selama 2 pekan, ada program semacam pesantren Ramadhan di sekolah. Cukup banyak anak-anak yang berpartisipasi di kegiatan itu. Hebaat. Tahun ini tak ada anak yang membawa bekal ke sekolah, jadi memang tak ada alasan untuk membatalkan puasa saat di sekolah. Semoga lanjut sampai maghrib yaa, anak-anak. 
Beragam kegiatan saat sanlat, dipandu guru-guru yang luang (well... dalam waktu yang bersamaan, ternyata cukup banyak juga guru yang dijadwalkan untuk mengikuti training ini dan itu). Tapi walaupun tidak semua guru bisa ikut berpartisipasi di rangkaian kegiatan ini, tentunya tetap seru. Sesain sesi 'ceramah' yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah berhikmah, suntikan motivasi mengenai fungsi puasa, simulasi ragam jenis shalat sunnah hingga shalat Eid, digelar juga beragam lomba. Lomba tahfizh, lomba membuat poster Ramadhan, membuat kartu lebaran, hingga lomba membuat parcel yang akan didonasikan kepada anak yatim, dan diakhiri dengan bakti sosial untuk karyawan harian yang bekerja di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Ini seruuu. Bisa jadi bahan untuk menulis blog posting beberapa seri nih. Buat guru KSGN seperti saya, kegiatan non-rutin begini jadi inspirasi banget untuk menyalurkan hasrat menulis. 
Setelah dua pekan beraktivitas di sekolah, liburan panjang menyambut anak-anak kembali di rumah. Manfaatkan waktu seoptimal mungkin. Setelah subuh, ketika anak tidak pergi ke sekolah, siapkan beragam kegiatan untuk mengisi waktu. Beri contoh kepada mereka bahwa kita, orang tua, juga berkegiatan, tidak hanya kembali tidur setelah shalat subuh. Jika membantu orang tua melakukan kegiatan bersih-bersih rumah terlalu melelahkan untuk anak-anak, sediakan buku-buku yang menarik untuk mereka sehingga mereka dapat membaca cerita berkualitas untuk memulai hari. Tentu akan lebih baik lagi jika membiasakan membaca quran bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga. Ketika saya masih kecil dulu, tak jarang waktu setelah sahur saya lewatkan dengan bermain congklak atau board game semacam monopoli, ludo, halma, dan sebagainya. Itu menyenangkan dan tidak melelahkan sama sekali. Dekat dengan maghrib, saya banyak membaca, bermain game lain, atau menonton TV. Ya ... ya ... saya tahu kadang-kadang stasiun TV tidak memberikan program televisi yang berkualitas untuk anak-anak, sungguh sayang sebetulnya... Ketika anak-anak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, saat itulah kesempatan bagi guru untuk membali ngeblog. Sebagai member KSGN, saya ingin juga dong ikut eksis, ngeblog lagi...! Tapi jangan sampai lupa juga aktivitas menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa.
Yuk Buka Puasa bersama
Maghrib adalah saat ketika anak-anak sangat bersemangat menunggu saat berbuka tiba. Mereka (seperti yang saya lakukan dulu, ketika saya masih anak-anak) ingin mempersiapkan banyak hidangan manis untuk berbuka puasa. Buah aneka jenis dalam sirup manis yang dingin bisa menjadi favorit mereka. Tentunya sangat menyegarkan untuk berbuka puasa dengan fruit mix atau sop buah ini. Yumm.... Selain itu, kolak, hidangan khas Indonesia, tak kalah baiknya sebagai hidangan pembuka setelah berpuasa seharian. Pisang atau ubi jalar yang dimasak dalam kuah manis karena gula merah dengan tambahan sedikit santan, yumm ... hangat atau dingin, ini pasti nikmat sekali. Menunggu maghrib, akan menjadi momen menyenangkan ketika anak berkumpul bersama dan bermain-main sehingga mereka akan melupakan rasa lapar mereka. Kesenangan lain untuk anak-anak adalah ketika mereka memiliki kesempatan untuk membantu orang tua mereka untuk mempersiapkan hidangan untuk ifthar/saat berbuka puasa. Biarkan mereka menyiapkan hidangan, memberi kesempatan pada mereka untuk berguna untuk yang lainnya. Melalui kegiatan ini, mereka belajar untuk berbagi dan berempati. Apa pahala besar yang bisa kita dapatkan dari kegiatan ini.
Sementara itu, guru-guru dalam Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) akan kembali 'mengejar setoran' tulisan. Bersegera menulis blog posting lagi sambil menunggu adzan maghrib berkumandang. Peras otak agar dalam waktu singkat bisa merangkai kata-kata bermakna, tidak sekedar memenuhi target tenggat tulisan, tapi dengan harapan bisa menabur hikmah melalui buah pikiran.
Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya. Semoga Allah menyirami kita dengan berkah-Nya sepanjang bulan suci dan dibersihkan untuk merangkul Syawal, berkenan mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan mendatang untuk mendapatkan keindahan dan beragam hal baik yang bisa kita dapatkan selama bulan berkah. Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua. Amiin.

Minggu, 21 Juni 2015

Lagu Untuk Guru Sejatiku

Lagu ini sudah lama berada dalam memory card. Setelah proses merekam yang seadanya, yang hanya di depan MP3 saja, rasanya belum PD untuk merilis lagu ini ke khalayak (jyaaah...). Ingin sekali merekamnya ulang secara lebih serius. Sudah minta bantuan teman, tapi rupanya belum berjodoh saja. Akhirnya nekat juga. Aku tekadkan, lagu ini harus rilis di akhir tahun pelajaran ini!!!
Mulai dari mengkonversinya dari file wav ke MP3. Setelah itu mulai menyortir foto-foto untuk disisipkan ke dalam rangkaian koleksi foto dalam program MovieMaker. Eh... ternyata aku harus kembali mengunduh MovieMaker ke komputerku yang tempo hari sempat diinstall ulang. Baiklah...
Tak pakai berlama-lama, setelah MovieMaker kembali ter-install di komputerku, segera kumasukkan rangkaian foto-foto koleksiku yang berasal dari kumpulan foto anak-anak P1 Damascus dan P1 Baghdad yang lalu. Beberapa di antaranya foto narsisku juga siih :p Mengeditnya sedikitTak perlu waktu lama untuk memasukkan beberapa foto lalu mengubah-suai sususan foto agar terasa agak nyambunglah dengan lirik lagu, dan memastikan bahwa jumlah foto yang diunggah akan tayang pas dengan panjang lagu yang menyertainya. Tak pakai customize editing, segera kuselesaikan project video MovieMaker ini.
Setelah selesai dengan menyelesaikan video dalam program MovieMaker, file ini harus melewati proses converting files ke MP4 dari wlmp (file moviemaker). Aku gunakan salah satu fasilitas file converting online. Setelah itu, hanya tinggal mengunggahnya ke youtube. Dan inilah hasilnya...
Lagu ini berirama gembira yang menggambarkan semangat yang ditebarkan oleh guru-guru di sekitarku. Beberapa guru di sekolah dasar dan sekolah lanjutan dulu sangat menginspirasiku. Selain ibuku, mereka juga yang jadi inspirasi bagiku untuk menjadi guru. Tapi selain guru-guru di kelas, setelah aku sendiri menjadi guru justru kutemukan bahwa murid-murid kecilku pun bisa mengajari aku banyak hal. Sungguh, mereka semua adalah guru sejatiku, seperti apa yang disampaikan lagu ini. Lagu ini untuk kalian, semua, guru-guru sejatiku. 

Minggu, 17 Mei 2015

Lebah Warna-warni Kami

Beberapa waktu lalu, anak-anak berkarya dengan menggunakan lilin atau playdough. Perjuangan ekstra nih, ya persiapannya, ya eksekusinya. Ketika anak-anak suka, hadeuh... susah banget disuruh berhenti. Dimulai dengan latihan membuat bentuk dasar berupa bola dan tetesan air. Setelah bisa membuat bentuk dasar, mereka akan bisa membuat apa saja. Insya Allah.
Bahan dasar untuk project craft kali ini adalah lilin atau plastisin atau playdough. Sekolah menyediakan lilin, tapi dengan kualitas yang ala kadarnya. Kandungan minyaknya relatif tinggi, sehingga cukup sulit membersihkan tangan setelah berkreasi dengan lilin ini. Lilin yang kami siapkan dari sekolah adalah lilin yang sudah cukup kecil, sesuai dengan porsi yang diperlukan untuk anak-anak. Yang mau bawa sendiri dari rumah, tentu dipersilakan. Yang mau pakai lilin 'jatah' dari sekolah pun boleh. 
Saya siapkan koran untuk alas meja, supaya minyak lilin tak (terlalu) mengotori meja. Siap-siap juga, setelah selesai berkreasi, antrean cuci tangan bisa panjang sekali. Hihi... Kita mengerjakan projek karya seni 3 dimensi ini di kelas. Bentuk dasar yang harus mereka kuasai adalah membuat bentuk bola, tetesan air, 'cacing', hingga daun. Pertama-tama mereka harus meremas-remas lilin malam menjadi 'adonan' yang homogen dan tidak lagi berbutir atau mudah terburai. Membuat bentuk bola dilakukan dengan memutar 'adonan' di antara kedua telapak tangan. Setelah bola, dilanjutkan dengan membuat bentuk tetesan air. Kali ini, satu sisi bola dibuat pipih dengan menggunakan tepian telapak tangan. Boleh juga menggunakan ujung jari untuk membentuk kerucut kecil di puncak 'tetesan'. Beberapa anak mulai merasa kesulitan saat membuat bentuk ini. 
Selanjutnya adalah bentuk 'cacing' yang bisa didapat dengan proses memilin atau menggiling lilin dengan telapak tangan di atas meja sebagai alasnya. Ini pun ternyata cukup sulit dilakukan oleh anak-anak kelas 1. Bentuk 'cacing' seringkali tak sukses terbentuk, putus-putus, atau suka-suka anak saja mereka buat dengan ukuran 'jumbo'. Hmm... Dan yang terakhir adalah bentuk daun yang pipih, didapat dengan menipiskan bola di telapak tangan. Tak jarang anak-anak membuat bentuk ini dengan ekstra tipis. Dan dalam keseluruhan proses, banyak sekali anak yang minta dibantu. Dengan demikian, saya tak sempat mengambil gambar saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa foto baru saya ambil setelah anak-anak selesai berkarya. Ini dia beberapa hasil karya mereka.

Minggu, 19 April 2015

Doa Untuk Ayah dan Ibu

Dua pekan ini, mengajarkan lagu 'Doa Untuk Ayah dan Ibu' kepada murid-muridku, anak-anak kelas 1. Lagunya mudah, hanya dalam 15 menit, mereka sudah hapal melodinya. 15 menit berikutnya pun digunakan untuk berlatih, mengulang-ulang liriknya. Beberapa anak sudah langsung hapal dalam satu pertemuan. Langsung menantang battle menyanyi tanpa melirik teks-nya. Gayya ya? ;)

Pekan berikutnya, masih mengingat-ingat lagu yang diajarkan sebelumnya, dilanjut dengan mengajarkan melipat origami sederhana, yaitu sebuah amplop mungil dari kertas origami bercorak. Umm... mengajarinya cukup melelahkan, ternyata, karena tidak setiap anak terbiasa dengan aktivitas lipat melipat kertas. Banyak yang mudah menyerah dan minta dibantu begitu saja. Ah... anak-anak jaman sekarang ya. Tapi sebetulnya mereka antusias sekali, terutama karena corak yang menarik dari kertas origami yang kusiapkan untuk mereka. Selain itu, kuminta mereka menyiapkan surat cinta untuk orang tuanya yang nanti akan disisipkan ke dalam amplop tersebut. 
pic: courtesy of www.ohcrafts.net
Kusiapkan lembar kerja sederhana. Di bagian kiri kusiapkan teks lagu itu, sedangkan di bagian kanan ada area untuk menulis 'surat cinta'. Anak kelas 1 itu... ternyata banyak juga yang isi suratnya mengharu-biru. Aku yang 'hanya' gurunya saja, yang ikut bantu mengedit kata (misalnya ada huruf yang kurang), hampir berurai air mata juga membaca ungkapan hati mereka. Bunda-bunda... siap-siap dengan tissue dan pelukan hangat ya untuk putra-putri tercinta.
Mengingat pengalaman berurai air mata di kelas sebelah ketika mengajarkan lagu basmalah, kali ini aku mewanti-wanti anak-anak itu agar tidak menangis. Seorang anak yang saat ini tinggal bersama kakek-neneknya, terpisah dari ayah-bundanya, terlihat berkali-kali menahan haru. Tak kuat menahan perasaannya, dia bertanya, "Miss, kalau nangisnya nanti di rumah, boleh?" Oh... tentu saja boleh, nak. (T T)


Senin, 26 Januari 2015

Bismillaah-Pesan dari Ayah dan Ibu

Mulai pekan lalu, anak-anak Primary 1 belajar lagu baru. Apa ya judulnya? Setahu saya sih, Pesan dari Ayah dan Ibu (versi bahasa Indonesia) atau A Note from Mum and Dad (versi bahasa Inggris). Yang pertama saya ajarkan adalah versi basmalah berbahasa Inggris. Anak-anak mendapatkan catatan lirik lagu beserta satu area kecil untuk menggambar kebersamaan mereka bersama ayah dan bundanya.
Yang lucu terjadi di kelas P1 Andalusia. Ketika saya perdengarkan lagu ini untuk pertama kalinya, salah satu anak laki-laki berkomentar, "Aah, udah tahu. Tapi aku tahu yang bahasa Indonesianya." Ya, lagu ini memang saya dapat di sebuah pelatihan untuk guru, dari pak Widadi, salah seorang guru yang pada saat itu mengajar di SD Al Ikhlas Cipete. Anak yang sekarang di kelas ini tentu pernah belajar dari guru yang juga belajar dari pak Widadi. Yuk atuhlah, saguru saelmu, tong saling ngaganggu. Eh...?? :p
Tapi setelah saya nyanyikan lagu ini sekali, ada seorang anak laki-laki lain yang berkomentar, "Iiih, kok jadi pengen nangis ya..." Kemudian dia melihat berkeliling, mencari teman yang mungkin punya perasaan yang sama. Satu-dua anak mulai melow nih. Saya tak ambil pusing dengan apa yang terjadi di kelas itu, dan melanjutkan mengajarkan lagu itu, mengulangnya berkali-kali, bergantian. Tapi semakin sering diperdengarkan, rupanya anak-anak itu jadi semakin melow saja. Saya lihat, beberapa wajah sudah berurai air mata. Naon atuhlah...? Lagunya kan nggak melow juga.
pic: courtesy of P1 A's FT, Mr. Tj
'Cuma' begini aja kok lirik lagunya, masa sih bikin nangis berderai derai...? 
Jangan lupa, janganlah lupa
Kita baca basmallah
Sebagai tanda diawalinya
Perbuatan yang baik

Ingat slalu pesan ibumu
Ingat pesan ayahmu
Bismillahirrahmaanirrahiim
Harus dibaca slalu -3x
Sedangkan versi bahasa Inggrisnya seperti berikut ini:
Please don't forget, please don't forget
We always say basmalah
It is a sign to start everything
All good, everything we do

Remember what your mother says
Remember what your father says
Bismillahirrahmanirrahim
It must be always we say -3x
Versi hamdalahnya, menyusul kemudian yaa. Melodinya sama, hanya liriknya yang sedikit berbeda.
Setelah berkali-kali menyanyikan lagu ini, ternyata makin banyak wajah-wajah berurai air mata. Aaah, masa sih lagu begini sedemikian mellownya mengaduk-aduk isi hati anak-anak manis ini...? Nggak percaya rasanya. Tapi memang demikianlah yang terjadi. Hingga jam pelajaran berakhir, beberapa anak masih melanjutkan tangisnya, bahkan hingga saat bubaran sekolah (period mengajarku memang terjadwal di akhir hari). Dan inilah wajah-wajah mereka.

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas ...