Senin, 26 Maret 2012

Yuk, Banggakan Batik Indonesia

Panas kuping nih, ‘diledekin’ sama warga negara tetangga, tentang warisan budaya kita yang (katanya) kita abaikan, Batik Indonesia. Konon, di negaranya, batik diajarkan di sekolah menengah. Apa kabar dengan negara kita? Jujur saja, aku tidak melakukan penelitian khusus tentang hal ini, tapi mari deh kita lihat fakta yang terjadi di negara kita sekarang.
Di tingkat dasar, sungguh sulit mengajarkan keterampilan batik kepada anak-anak. Kebutuhan pengajaran membatik yang berupa kompor beserta lilin panas untuk diaplikasikan ke atas kain dengan menggunakan canting atau kuas menjadi tantangan tersendiri. Karakteristik anak-anak Indonesia yang cenderung (teramat) aktif menjadi kendala tersendiri. Tak mungkin mengawasi belasan bahkan puluhan anak yang masing-masing punya kemauan sendiri untuk tekun mengaplikasikan lilin cair ke atas kain hingga membentuk pola batik artistik. Aku khawatir lilin cair akan bercipratan ke sana-ke mari, mengotori lantai -yang kemudian karena keterbatasan periode belajar yang hanya 2 jam pelajaran, akhirnya akan harus dibersihkan oleh gurunya :p- 
Peralatan membatik. Dok: Narisbatik.blogspot.com
Selain kekhawatiran akan terlukanya anak-anak akibat lilin panas, sistem pewarnaan pun masih jadi kendala. Saat ini sistem pewarnaan batik masih banyak menggunakan bahan kimia, walaupun penggunaan kembali pewarna alam masih terus dipelajari untuk dikembangkan. Besar harapan di waktu mendatang penggunaan pewarna alam yang ramah lingkungan akan makin banyak digunakan.
Di luar sistem pendidikan dan dilema pengajaran materi batik kepada siswa sekolah di tingkat dasar, menengah maupun lanjutan, ternyata industri batik terlihat berkembang dan bergerak dinamis. Makin banyak fashion desainer yang mengolah batik menjadi busana yang bisa dikenakan di berbagai lini, mulai dari busana sehari-hari hingga haute couture. Seiring dengan itu, bisa kita lihat pula bahwa makin banyak orang yang mengenakan busana batik dalam keseharian. Berbagai ragam kain dan pola batik, dengan variasi model dan warna, sungguh luar biasa.
Tapi… (selalu ada tapi-nya), ternyata geliat perkembangan industri batik tidak cukup kencang untuk dapat menambah pundi-pundi pengusaha lokal yang berskala kecil dan menengah. Tidak sedikit batik yang diproduksi di negara Cina, diimpor ke negara kita, lalu laku keras karena selisih harga yang cukup signifikan. Walaupun saya masih nggak ngerti, bagaimana mungkin batik impor dari Cina kok ya bisa lebih murah dari batik produksi dalam negeri. Jika kenyataannya memang demikian, tentu saja banyak anggota masyarakat kita yang memilih produk dengan harga yang lebih murah. Matlah pengusaha lokal bermodal pas-pasan.
Ugh, harusnya kita malu!!! Batik ini warisan budaya kita, Indonesia, bukan Cina. Kenapa mesti memilih produksi negara sono??? Produksi kain batik tidak murah, itu wajar, dan proses itulah yang justru harus kita hargai. Kalau kita sebagai bangsa Indonesia tidak bangga dengan produk batik bangsa sendiri, siapa lagi yang akan menghargai warisan budaya ini? Apakah akan kita biarkan sampai budaya batik ini terancam di-claim oleh negara tetangga lagi? Bercermin deh kita. Apa yang (sudah) kita lakukan untuk melestarikan warisan budaya leluhur ini? Jangan  hanya bisa protes dan marah-marah ketika negara tetangga sudah sibuk cuap-cuap membanggakan karya batiknya. Halah… sudah terlambat ah. 
Kalau begitu, kita mulai ajarkan lagi di sekolah yuk! Sesulit apapun, mestinya bisa kita siasati. Kita ajarkan keterampilannya, sambil kita gugah kesadaran cinta budaya mereka. Budaya batik ada di seantero Nusantara, mulai dari Sumatera hingga sekarang ada pula batik Papua. Ayo ah, kita lestarikan batik Indonesia sebagai warisan budaya leluhur kita. Kita tularkan demam Batik Indonesia. Hiyyaa…!!!
Disertakan pada lomba Blog Entry bertema Batik Indonesia, kerja sama Blogfam dan www.BatikIndonesia.com

Kamis, 22 Maret 2012

Suwe Ora Nge-Blog

Sungguh, lama juga aku tidak meng-update blog ini. Kangen, sungguh. Setelah sok sibuk (banget) dengan berbagai aktivitas, di dalam dan luar kelas, akhirnya aku bisa juga menyempatkan diri untuk menulis  postingan baru (dan postingan berikutnya akan segera menyusul ;)). 
The Expendibles in action.
Beberapa waktu lalu kami sibuk dengan event Open House. Sepaket dengan Open House itu, ada kegiatan berbagai lomba yang diikuti oleh beberapa sekolah yang diundang, penjelasan kurikulum yang berlaku di sekolah kami, pameran karya siswa, hingga pementasan. Wah... sungguh masa persiapan yang luar biasa. Di saat sibuk begitu, ternyata beberapa anak 'bertumbangan' karena virus udara, kelas relatif kosong, sementara the show must go on. Pergantian pemain untuk pementasan Bear Hunt terpaksa dilakukan. Aku yang baru diberi tahu beberapa hari sebelum show akhirnya menyingsingkan lengan baju juga, dan ikut sibuk ngatur pementasan anak-anak itu. Dan di akhir acara, The Expendibles, gabungan antara beberapa guru, Office Boy hingga Security, naik panggung dan menyanyikan dua lagu. Serruuuu!!!
Sementara itu, persiapan pameran karya yang dipadu dengan kegiatan interaktif dari departemen Pupil Development juga harus jalan terus. Kami menyiapkan aktivitas melukis gelas dengan Glass Deco yang ternyata mendapat sambutan meriah dari pengunjung. Seru. Sayangnya, hasil kerja berhari-hari menyusun konsep dan mendekorasi satu spot itu harus punah dalam beberapa menit saja usai event Open House. Sekolah akan segera di-fogging untuk mengantisipasi menyebarnya virus DB.
Segera setelah Open House usai, kami langsung disibukkan dengan urusan rapor tengah semester. Di sekolah kami, istilahnya adalah Progress Report term 3. Sibuk lagi deh mengumpulkan nilai anak-anak yang masih 'tercecer'. Beberapa anak yang memang harus ikut tes susulan atau melengkapi nilai tugas, harus rela 'dikejar-kejar'. Tapi untuk anak-anak yang sakit memang tak ada pilihan lain selain menunggu mereka sembuh. Cepat sembuh ya murid-muridku. Kangen deh kelas penuh lagi :p
Usai pembagian rapor, guru-guru masih belum libur. Ada sesi pelatihan untuk meng-upgrade kualitas pribadi kami sebagai guru dalam beberapa sesi training yang salah satunya bertajuk Project-Based Approach. Training semi workshop ini seru juga. Murid-muridku, siap-siap aja untuk mendapatkan project gaya baru yang inter-related dan multifungsi (maaf, nggak akan cukup untuk dijelaskan di sini. Penjelasannya nanti langsung di kelas aja ya ;)). 

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas ...