Sabtu, 10 Desember 2016

Balada Gitar vs Lagu Mellow

Pekan-pekan ini aku mengajarkan sebuah lagu (tidak) baru kepada murid-muridku di kelas satu. Sebuah lagu gubahanku yang diberi judul "Doa untuk Ayah dan Ibu". Sebagaimana layaknya mengajarkan lagu, tentu aku mesti memberi contoh saat menyanyikan lagu sebelum murid-muridku bisa mencontoh dan menirukan/menyanyikannya kembali. Seperti biasa, kubawa gitar lawasku yang sudah setia menemani selama bertahun-tahun belakangan ini.
Setelah kutenteng gitar ini ke kelas pertama tempatku mengajar, ternyata oh ternyata, satu batang tunernya patah dong... Tak bisa kusetem senarnya, akibatnya nadanya jadi terlalu rendah, sementara aku nggak bisa move on dari chord C-G-F andalanku. Akhirnya aku pun minta maaf pada murid-muridku. Kali ini kita nggak pakai gitar yaa. Mari nyanyi ala acapella saja (nggak bermodal banget siih... :p)
Pekan pertama, kuminta anak-anak kelas satu itu menuliskan kembali lirik lagu yang kutulis di papan tulis, sebaris demi sebaris. Anak yang tercepat menyalin dengan tepat, mendapat poin yang akan diakumulasikan untuk mendapatkan reward tertentu. Dengan begini, lebih dari 80% anak termotivasi dan menyalin sebaik-baiknya. Tak ada toleransi. Kurang satu huruf saja tak akan mendapat poin. 
Setelah aktivitas menulis, dilanjut dengan menyanyikan lagu ini.  Kunyanyikan lagu ini sebaris demi sebaris untuk memberi contoh nada yang tepat kepada murid-muridku. Kupastikan anak-anak menirukan nada sesuai dengan yang kucontohkan. Tak puas rasanya mengajarkan lagu tanpa iringan alat musik. :( Tapi anak-anak mengikuti dan menirukan dengan senang hati. Belakangan ketahuan bahwa lagu ini ternyata bikin mellow. Beberapa anak bahkan ada yang sampai berlinang air mata. Oh please... sebegitu melankolisnya, lagu ini di telinga mereka? Maaf maaf ya, kids... aku tetap lanjutkan mengajarkan dan mengulang-ulang lagu ini hingga periode mengajarku usai. Rasanya anak-anak cukup hapal lagu ini, tidak hanya lirik tapi juga melodinya. Tirukan yang benar yaa, karena tidak tepat menyanyikan nada yang dicontohkan bukan berarti pertanda tingginya kreativitas anak, tapi tanda kurang sinkronnya indra pendengaran dengan kepekaan nada :p 
Pekan berikutnya aku meminjam gitarlele yang imut-imut kepada seorang kolega yang memang mengajar musik di sekolah. Canggung rasanya memainkan gitar kecil itu, tapi lumayan juga untuk membuat suasana jadi lebih meriah saat menyanyi di kelas, walaupun lagunya bikin baper (iya gituhh...? :p) Terbukti pekan sebelumnya beberapa anak sempat berurai air mata saat menyanyikannya. Sebegitu mellow-nya kah lagu ini? Atau anak-anaknya aja yang halus perasaan? Hmm... Di kelasku, ada 2-3 anak yang sempat berlinang air mata usai menyanyikan lagu ini. Jadi ketika gurunya mau berfoto bareng gitar kecil ini, ada yang memilih melanjutkan menggambar dan mewarnai, atau mungkin sedang menghayati perasaannya sendiri. Deu... Oke deh. Yang lain, yuk sini, kita berfoto bareng Ms. Dee.

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas ...