Pengalaman sekian tahun mengajar di Sekolah Dasar membawaku bertemu dengan beragam murid yang imut dan lucu. Tapi itu dulu. Sekarang, mereka-mereka itu, murid-muridku dulu, sudah bertransformasi jadi pemuda-pemudi gagah jelita, yang kiprah dan karyanya pun tak bisa dipandang sebelah mata. Sungguh bangga aku pada mereka.
Ijinkan aku menuliskan beberapa nama mereka, yang sebetulnya aku hanya sempat sebentar saja 'menyentuh' mereka dalam rentang pendidikan mereka. Berterima kasihlah pada ayah-bunda yang telah mendidik dan membimbing mereka sepanjang usia. Tentunya Allah akan mencatat ini sebagai amal shalih, jariah yang tak putus mengalir hingga hari akhir.
Beberapa waktu yang lalu, aku bertemu Naufal, muridku yang dulu 'kupegang' saat dia menjalani masa kelas 4-nya. Dulu dia cengeng, nangisan. Dikit-dikit nangis. Kalah main ucing sumput aja nangis. Dia sendiri nggak habis pikir, kenapa dia bisa (pernah) secengeng itu :p Kali ini aku bertemu dia di event Science Night yang dilaksanakan di sekolah, dengan mengundang Naufal dan teman-temannya sebagai pengisi acara. Dia jadi salah satu pemandu kegiatan yang mumpuni. Sementara itu, adiknya pun sempat lolos seleksi ke luar negeri untuk mengikuti semacam program pertukaran pemuda atau seminar internasional. Seru, pastinya.
Seorang (mantan) muridku yang lain adalah Vivien. Sejak dulu, dia memang sudah punya karakter tegas, cerdas, dan sekarang berani terjun ke pedalaman untuk menjadi pengajar muda dalam program Indonesia Mengajar. Salut! Program yang digagas Anies Baswedan ini menuntut keberanian para pengajar muda untuk mengajar di pelosok Indonesia selama setahun, dengan resource yang begitu terbatas. Dulu, mana pernah kebayang 'anak kota' yang cenderung dimanjakan fasilitas itu akan jadi seperti sekarang ini. Sebelumnya, dia pun sukses merebut satu tempat untuk terbang ke Amerika sebagai peserta pertukaran pelajar melalui program AFS, juga mewakili ITB dalam kancah internasional lainnya. Dia aktif juga di berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Eka. Seangkatan Vivien. Seorang Geolog yang 'berani' keluar dari zona nyaman dan menjajal kemampuan untuk berpartisipasi jadi pengajar sehari dalam program Kelas Inspirasi yang juga digagas Anies Baswedan. Kerjaan yang nggak ringan juga tuh. Menantang. Dan dia berani terima tantangan itu.
Ada juga Iqbal, Safir, Uphie, atau Chika. Semuanya masih dari angkatan yang sama. Dan semua malang melintang berkiprah di sana-sini, di belahan bumi yang lain, meninggalkan jejak positif dalam sejarah hidup mereka. Semoga bermanfaat. Sungguh, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain.
Masih banyak lagi deretan anak-anak luar biasa, yang dulu dipandang sebelah mata bahkan oleh teman-temannya sendiri, tapi mereka berhasil mematahkan stigma itu, maju terus, berusaha, berkarya, dan berhasil membuktikan diri bahwa mereka bisa. Anak-anak itu, yang kini banyak kuliah di perguruan tinggi negeri ternama atau bahkan luar negeri, dengan ataupun tanpa beasiswa, kudengar mereka aktif di himpunan mahasiswa bahkan memegang tampuk pimpinan di lembaga kemahasiswaan, ah... sungguh aku bangga pada mereka.
Dan yang termuda, Kayla. Masih SMP kelas 1, dia. Ketika tempo hari kejadian banjir Jakarta, dia dan mamanya berinisiatif untuk menggalang dana untuk menyumbang nasi bungkus untuk korban banjir di sana. Rangkaian telefon atau pesan singkat dia kirimkan untuk mengetuk hati siapapun yang pernah bersentuhan dengan hidupnya, hingga ikut merogoh kocek untuk menyumbang. Semoga makin banyak juga kiprah positifnya di masa depan, yang juga diikuti oleh yang lainnya.
Dan ketika kulihat anak-anak di kelasku, di sekolah saat ini, kuyakin mereka pun menyimpan potensi yang tak kalah besar. Tak sabar rasanya menanti masa mereka bertumbuh dan berkembang dengan indah, jadi salah satu bunga bangsa yang luar biasa. Insya Allah. Aamiin.
1 komentar:
Blog yang Inspiratif...
Tetap semangat untuk berkreasi...
Posting Komentar