Senin, 02 Agustus 2021

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas yang sudah pernah dilakukan, melipat kertas menjadi bentuk balon yang... nggak bulat siih, malah cenderung berbentuk kubus.


Untuk apa mengulang kegiatan yang 'tidak menarik' ini? Mengingat ini adalah pertemuan pertama setelah sekian lama, maka anggaplah ini sebagai pemanasan, melemaskan jari untuk siap berkreasi lagi.Pertama melatih memori. Masihkah ingat tahapan pertama, kedua dan selanjutnya untuk melipat bentuk balon ini?
Kedua mengasah kesabaran. Melipat bentuk yang sama berulang-ulang, tentu akan menimbulkan kebosanan. Bisakah kita bersabar dan menjalaninya tanpa (banyak) keluhan?

Ketiga, memoles kerapian dan mempertajam kepekaan untuk memperhatikan detail. Seberapa besar sudut yang harus dilipat, seberapa kuat lipatan harus ditekan, hingga di akhir, seberapa kuat balon harus ditiup? Memperkirakan dan mengerjakan seluruh tahapan itu perlu kepekaan yang tajam.Keempat, mengetes daya tahan, endurance & perseverance. Berbagai ukuran kertas dipakai untuk membuat karya sederhana ini. Mereka memilih mengerjakan yang kecil lebih dahulu. Mestinya, semakin besar kertas tentu semakin mudah dan mungkin akan semakin cepat dalam proses melipat kertas karena sudah terbiasa setelah dilatih di lipatan sebelumnya. Kuhitung kecepatan melipat memakai stopwatch. Ada kecenderungan mempertahankan speed, tetapi ada juga yang justru melambat. Aku sendiri? Makin cepat karena memang sudah terbiasa. Practice makes perfect? Proven.


Keseluruhan proses di atas jadi catatan untukku, agar lebih memperhatikan setiap individu satu persatu. Setiap anak unik dan punya potensinya masing-masing. Walaupun begitu, semua potensi ini tetap perlu dilatih kembali. Bukankah ini sebagian kualitas yang perlu dimiliki oleh kita? Mungkin tak akan terlihat secara instan, tapi akan semakin terasah dan muncul jadi karakter mereka di masa depan.

Sabtu, 30 November 2019

Perjalanan Pulang yang Panjang

Jumat sore. Setelah pagi hari berjuang dengan kehebohan bersama go-car, kupikirkan beberapa alternatif rencana rute kepulangan ke rumah. Padalarang-Buahbatu (Atuh bolehlah ngaku-ngaku Buahbatu, walaupun sebenarnya sudah masuk area Bubat, masuk ke Bojongsoang, itu pun melipir lagi ke jalan Ciganitri)
Opsi 1: Naik bus damri turun di Jl. Asia-Afrika depan hotel Prama Panghegar. Jalan kaki sedikit ke area Lengkong kecil, lalu sambung angkot biru. Pastikan yang rutenya ke arah Buahbatu. Turun sebelum dia putar balik menjalani rute ke arah sebaliknya. Ini hanya beberapa puluh meter sebelum Transmart Buahbatu. Tapi aku tak bisa lanjut dengan naik ojol, karena area rumah termasuk zona merah yang terlarang dimasuki ojol berpenumpang (meni kitu-kitu teuing, padahal mah soal rezeki udah diatur Allah, nggak akan ketuker). Tapi ya sudahlah... berarti amannya sih aku jalan kaki sekitar 600 meter sampai pangkalan ojek di mulut jalan Ciganitri. Setelah itu dilanjut opang sampai ke rumah.
Opsi 2: Naik ojek ke gerbang tol Padalarang. Lanjut dengan bus antarkota jurusan Bandung (biasanya sih MGI yang agak nyaman) menuju terminal Leuwi Panjang. Jalan sedikit untuk naik angkot abu-abu jurusan Ciwastra. Berhenti di mulut jalan Logam, lalu dilanjut dengan opang sampai ke rumah.
Opsi 3: Naik ojek ke stasiun K.A. Padalarang. Naik kereta api ke stasiun Kiara Condong. Dari sana... bisa naik angkot ke jalan Logam lalu lanjut opang, atau order gocar ke rumah. Bukannya sok gaya, tapi aku kan lagi sakit tenggorokan sampai suaraku hilang-hilang. Menghindari angin jalanan yang jahat lah..
Hey hey... ternyata di area fingerprint sebelum pulang, aku bertemu Ms.JC yang biasa bawa mobil ke area Moh.Toha. Humm.. kalau bisa nebeng, boleh juga lah. Dari Toha bisa disambung moda transportasi lain, dan itu sudah relatif dekat ke rumah. Eh tapi... ternyata dia masih mau menunggu seseorang lebih dulu, yang waktunya tak bisa dipastikan. Oh baiklah. Kuucapkan selamat tinggal dengan manis padanya, lalu berjalan menuju halte bus.
Di depan halte bus, aku bertemu dengan Ms. EC yang baruuuu saja melajukan mobilnya keluar parkiran. Biasanya dia keluar tol Toha atau kadang Bubat. Hey, boleh dong aku nebeng? Tapi ternyata, weekend adalah hari buatnya untuk jalan-jalan dulu sebelum pulang. Hmm, baiklah kalau begitu. Gagal nebeng lagi. Kulambaikan tangan pula padanya dengan bonus senyum manis (rasanya sih asli, senyum manis, bukan senyum asem) untuk kemudian kembali ke tujuanku semula, menunggu bus damri di halte.
Sekitar 20 menit aku menunggu, akhirnya damri datang juga. Penumpang tidak terlalu penuh. Aku masih bisa duduk nyaman di dalamnya. Bus melaju cukup pelan, dan aku bisa tiduran. Kalau bawa kendaraan sendiri, ya mana bisa lah. Sesuai rencana di opsi 3, aku ganti kendaraan dengan naik angkot biru, yang ternyata maju-mundur ngetem entah berapa lama. Aku sok santai aja, ikut iramanya dia. Kukombinasikan opsi 1 & 2. Di area Pasar Kordon, aku turun dari angkot biru, naik angkot abu sampai jalan Logam. Nyeberang jalanan ramai untuk menuju pangkalan opang. Lumayan, dapat opang dengan motor yang masih relatif bagus, jadi aku bisa duduk nyaman dan merasa aman di jok belakang.
Mengubah sedikit destinasi tujuan, aku minta berhenti di area food court dekat sebuah minimarket.  Kuingat ada mobil pick-up yang biasa jualan buah-buahan di dekat situ. Aku mau membeli pisang untuk temanku makan obat. Maaf, aku memang susah untuk minum obat, jadi nggak pandai menelan tablet atau kapsul. Dengan pisang, perjalanan obat akan lebih lancar. Selain pisang, aku pun berencana untuk membeli bubur ayam untuk makan malam, supaya lebih bersahabat untuk tenggorokanku. Dari area food court situ, aku tinggal jalan pulang sekitar 300 meter. Sampai rumah, alhamdulillah masih kebagian maghrib. Subhanallah... perjalanan tadi rasanya panjang sekali. Mulai lepas dari area fingerprint jam 4 kurang, dan sampai rumah jelang jam 7. Kalau pakai kendaraan sendiri, pakai macet pun kadang 1 jam sudah bisa sampai rumah. Kalau lancar jaya, bisa kurang dari 40 menit. 
Senyumin aja deh. Jumat kemarin sebagai hari berkah untuk menjalani 'petualangan' baru, yang lain dari rutinitasku, keluar dari zona nyaman kebiasaanku. Sekali-sekali sih oke. Tapi kalau tiap hari, kayaknya bakalan remuk di jalan nih, aku.

Jumat, 29 November 2019

Perjuangan Pergi ke Tempat Kerja.

Biasanya aku berangkat ke tempat kerja dengan mengendarai Silvie, mobil Ayla-ku yang setia menemani sejak 2015 lalu. Terasa sedikit keanehan di hari-hari terakhir ini. Sudah beberapa hari mobil agak susah distater. Kupikir... nanti Sabtu lah ke bengkel, mumpung jadwal off. Eh pagi tadi, mobil nggak bisa distater sama sekali. Agak paniklah memikirkan moda transportasi alternatif untuk ke area Kota Baru dari pelosok Buah Batu ini. Kalau sambung menyambung menjadi satu, bisa-bisa jam 9 aku baru nyampe sekolah. Akhirnya order go-car lah. Driver pertama dengan Avanzanya mengabari bahwa dia masih sekitar masih 20 menit jauhnya dari titik jemput yang kuminta.  Waduh... aku perlu lebih cepat! Kucancel deh orderan pertama lalu reorder. Itu pun sambil riweuh... bolak-balik nyari tombol cancel. Saking nggak pernahnya pake layanan go-car atau go-ride, aku nggak biasa dengan setelan navigasinya. Jarang pake gojek? Lha daerah tempat tinggalku ini memang termasuk 'zona merah', jadi memang susah untuk pakai layanan gojek.
Saldo go-pay-ku kosong. Mau top up dulu kok ya belibet ya, lama. Akhirnya yo wis lah, bayar pakai cash aja biarpun jatuhnya ya jadi lebih mahal. Untung kemarinnya aku baru tarik tunai di ATM, buat jaga-jaga pergi ke dokter gara-gara sakit tenggorokan sampai suara hilang.
Order go-car berikutnya, dapat sopir dengan mobilio, Lokasi dia ternyata cukup dekat sampai titik jemput. Lumayanlah, nggak terlalu lama nunggu. Tapi baru saja aku naik, dia memberi tahu bahwa dia mesti ngisi bensin dulu. Hmm... allright. Pom bensin terdekat nih ada di deket Telkom-U, dengan ambil jalan berputar untuk menghindari titik macet di area Ciganitri. Okeh deh... daripada mogok kehabisan bensin di jalan tol. Ya sudah, pasrah aja. Aku ngikut dia. 
Selepas pom bensin, dia tanya apa aku bawa kartu e-toll. Hhh... ketiga kartu e-toll yang kupunya kutinggal di mobil. Tadi kok nggak kepikir ya buat bawa 1, padahal saldonya masih cukuplah buat bolak-balik keluar-masuk tol. Akhirnya mobil melipir dulu ke indomaret untuk top up kartu e-toll-nya dia. Gagal!! Katanya device-nya nggak ada. Ya sudah... pasrah lagilah, siap-siap melipir lagi di km 125 untuk isi ulang e-toll. Daripada ketahan lebih lama di gerbang tol Padalarang nanti, akibat saldo nggak cukup. 
Masuk tol, kulirik layar info di portal masuk. Saldo di kartunya terbaca 150 saja. 150 rupiah yaa, sodara-sodara. Ya memang mesti banget isi ulang kartu e-money-nya. Maka melipir lagilah kita ke km 125, mencari ATM Mandiri untuk isi ulang. And tell me what, kayaknya dia nggak bawa kartu ATM Mandiri. Oh God... sementara aku pun bukan 'cewek mandiri'. Aku biasa pake flazz bca atau tapcash bni. Dia mampir ke sebuah gerai minimarket, tapi ujung-ujungnya bisa top up di gerai kecil khusus untuk isi ulang kartu e-toll di dekat situ. Alhamdulillah. Kita pun bisa melanjutkan perjalanan. Ke sekolah... sudah nggak berani lihat jam. Sudah pasti telat banyak ini mah. 
Sebagai bonus perjalanan pagi itu, botol minum yang kusimpan di tas ransel ternyata bocor, dan rembesannya pas bangetlah di area 'belakang'. Malu-maluin banget. Anak-anak pulang sekolah sekitar jam 9 karena sedang masa ujian akhir semester. Pas nunggu anak-anak dijemput ortunya, aku pun cuma bisa mepet dinding supaya tidak mengundang perhatian sambil menunggu bajuku kering lagi.
Dan cerita pulangnya pun tak kalah seru. Hari Jumat itu sungguh jadi penanda untuk datangnya weekend sebagai waktu beberes segala urusan, plus istirahaaaat.

Sabtu, 10 Desember 2016

Balada Gitar vs Lagu Mellow

Pekan-pekan ini aku mengajarkan sebuah lagu (tidak) baru kepada murid-muridku di kelas satu. Sebuah lagu gubahanku yang diberi judul "Doa untuk Ayah dan Ibu". Sebagaimana layaknya mengajarkan lagu, tentu aku mesti memberi contoh saat menyanyikan lagu sebelum murid-muridku bisa mencontoh dan menirukan/menyanyikannya kembali. Seperti biasa, kubawa gitar lawasku yang sudah setia menemani selama bertahun-tahun belakangan ini.
Setelah kutenteng gitar ini ke kelas pertama tempatku mengajar, ternyata oh ternyata, satu batang tunernya patah dong... Tak bisa kusetem senarnya, akibatnya nadanya jadi terlalu rendah, sementara aku nggak bisa move on dari chord C-G-F andalanku. Akhirnya aku pun minta maaf pada murid-muridku. Kali ini kita nggak pakai gitar yaa. Mari nyanyi ala acapella saja (nggak bermodal banget siih... :p)
Pekan pertama, kuminta anak-anak kelas satu itu menuliskan kembali lirik lagu yang kutulis di papan tulis, sebaris demi sebaris. Anak yang tercepat menyalin dengan tepat, mendapat poin yang akan diakumulasikan untuk mendapatkan reward tertentu. Dengan begini, lebih dari 80% anak termotivasi dan menyalin sebaik-baiknya. Tak ada toleransi. Kurang satu huruf saja tak akan mendapat poin. 
Setelah aktivitas menulis, dilanjut dengan menyanyikan lagu ini.  Kunyanyikan lagu ini sebaris demi sebaris untuk memberi contoh nada yang tepat kepada murid-muridku. Kupastikan anak-anak menirukan nada sesuai dengan yang kucontohkan. Tak puas rasanya mengajarkan lagu tanpa iringan alat musik. :( Tapi anak-anak mengikuti dan menirukan dengan senang hati. Belakangan ketahuan bahwa lagu ini ternyata bikin mellow. Beberapa anak bahkan ada yang sampai berlinang air mata. Oh please... sebegitu melankolisnya, lagu ini di telinga mereka? Maaf maaf ya, kids... aku tetap lanjutkan mengajarkan dan mengulang-ulang lagu ini hingga periode mengajarku usai. Rasanya anak-anak cukup hapal lagu ini, tidak hanya lirik tapi juga melodinya. Tirukan yang benar yaa, karena tidak tepat menyanyikan nada yang dicontohkan bukan berarti pertanda tingginya kreativitas anak, tapi tanda kurang sinkronnya indra pendengaran dengan kepekaan nada :p 
Pekan berikutnya aku meminjam gitarlele yang imut-imut kepada seorang kolega yang memang mengajar musik di sekolah. Canggung rasanya memainkan gitar kecil itu, tapi lumayan juga untuk membuat suasana jadi lebih meriah saat menyanyi di kelas, walaupun lagunya bikin baper (iya gituhh...? :p) Terbukti pekan sebelumnya beberapa anak sempat berurai air mata saat menyanyikannya. Sebegitu mellow-nya kah lagu ini? Atau anak-anaknya aja yang halus perasaan? Hmm... Di kelasku, ada 2-3 anak yang sempat berlinang air mata usai menyanyikan lagu ini. Jadi ketika gurunya mau berfoto bareng gitar kecil ini, ada yang memilih melanjutkan menggambar dan mewarnai, atau mungkin sedang menghayati perasaannya sendiri. Deu... Oke deh. Yang lain, yuk sini, kita berfoto bareng Ms. Dee.

Minggu, 27 November 2016

Rekomendasi Pensil Terbaik Untuk Anak

Sebagai seorang guru SD, ‘mainanku’ nggak jauh-jauh dari alat tulis, pensil untuk lebih spesifiknya. Sebagai guru kesenian, pensil dan alat gambar lainnya jadi teman keseharian. Beragam pensil sudah ‘kucicipi’ dan aku sampai pada kesimpulan bahwa jika aku perlu memberi rekomendasi pensil terbaik untuk anak SD? Pilih Staedtler deh, pensil terbaik untuk anak. 
Staedtler punya sejarah panjang sebagai teman belajar anak sekolah. Pensil ini pertama kali dibuat pada tahun 1662 oleh Friederich Staedtler di Jerman, namun baru 21 tahun kemudian yaitu tahun 1683, pembuatnya mendapat pengakuan sebagai pembuat pensil pertama di dunia. Beratus tahun kemudian (ini betul-betul sejarah panjang, kawan...) generasi ke-3 keturunan Staedtler yaitu Johan Sebastian Staedtler membuat pabrik di kota Nuremberg yang kemudian dinamai pabrik J.S. Staedtler. Hal ini terdorong karena adanya revolusi industri di masa itu. Staedtler telah mengukir sejarah, menjadi penemu pensil dengan bentuk seperti sekarang ini dan masih banyak digunakan oleh anak-anak maupun orang dewasa di dunia hingga saat ini.
Inovasi yang dibuat J.S. Staedtler meramaikan perekonomian di dunia. Produksi pabrik ini rajin diikutsertakan untuk berpartisipasi dalam berbagai pameran besar hingga merambah benua Amerika. Dengan inovasi dan peran sertanya mengharumkan nama Jerman, J.S. Staedtler mendapatkan penghargaan serta medali kehormatan di Nuremberg, London dan Paris. Di tahun 1866 penjualan pensil Staedtler sampai ke beberapa negara besar seperti Amerika, Rusia, Prancis, Austria, Inggris dan Italia. Tidak cukup dengan itu, karena permintaan pasar yang tinggi, pembuatan pensil terus diproduksi dan didistribusikan ke berbagai negara, termasuk Indonesia dengan PT Asaba sebagai importirnya.
PT Asaba sudah lama menjadi penyedia alat tulis dan peralatan kantor termasuk Copier dan Solusi Dokumen, Manajemen Data dan Keamanan Kantor, Perlengkapan Komputer, Digital Printing, Survey Systems, dan lain-lain. PT Asaba mengembangkan efisiensi dan sukses melayani penjualan hingga memiliki jangkauan distribusi di kota-kota besar di Indonesia dengan Jakarta sebagai Head Quarter, dan kantor cabang di berbagai kota besar di Indonesia seperti Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Balikpapan. PT Asaba juga memiliki subdistributor yang luas dan jaringan reseller di kota-kota lain di seluruh Indonesia.
FYI, Pensil STAEDTLER yang pertama kali dibuat adalah Tradition. Sejak aku SD dulu (jangan tanya berapa tahun yang lalu deh :p) pensil Staedtler tradition dengan ciri khas garis merah-hitamnya sudah akrab menemani keseharianku juga teman-teman. Ini adalah produk awal Staedtler yang kemudian diekspor dari Jerman ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Aku yang bersekolah di sebuah SD di pelosok Bandung Selatan pun, cukup mudah mendapatkan pensil ini bahkan bisa dipastikan teman-teman sekelasku pun memilikinya, padahal pabrik pensil ini berada di Jerman. Keren juga ya, anak kampung pakai produk impor. Hehee...
Kantor dan pabrik Staedtler di Jerman
Pensil Staedtler terus menemani masa-masa sekolahku. Hingga saat kuliah di FSRD ITB dulu, pensil Staedtler juga kuakrabi. Satu set Staedtler Mars Lumograph biru dengan beragam mata pensil sesuai dengan tingkat kekerasannya kumiliki sedikitnya satu batang. Mulai dari 2H yang paling keras hingga 8B yang paling lunak dan hitam. Tapi pensil yang paling bersahabat dan jadi favoritku adalah 2B. Pensil ini jadi favorit karena mata pensilnya cukup lunak dengan goresan warna hitam yang bisa menghasilkan tulisan yang tegas dan jelas terbaca. Ini adalah pensil yang ideal untuk anak-anak kelas satu SD yang relatif baru belajar menulis dan menggambar. Selain itu, warna hitamnya menutup area dengan baik hingga sangat direkomendasikan untuk pensil terbaik saat ujian. Ini pun jadi produk yang direkomendasikan untuk anak-anak yang menjalani ujian kelas 6. 
Rahasia pensil ini terletak pada material pembentuk lead atau mata pensilnya. Lead atau mata pensil ini merupakan campuran antara sejenis mineral bumi bernama grafit dengan tanah liat atau clay. Komposisinya berbeda-beda untuk setiap jenis pensil sesuai kebutuhannya. Pada pensil 2B, ini adalah campuran paling ideal sehingga menghasilkan batang pensil yang pas kerasnya dengan goresan hitam yang bersahabat di kertas tapi masih cukup mudah untuk dihapus. 
Seiring dengan waktu, Staedtler pun terus membuat inovasi dengan merilis seri Staedtler Noris Triangular yang sangat pas untuk anak-anak usia sekolah dini. Bentuknya yang segitiga pas digenggam, sehingga anak tidak mudah lelah saat menggenggam pensil untuk menulis atau menggambar. Selain itu, pensil ini tersedia dalam ragam pilihan warna dengan karakter tertentu di setiap warnanya. Mr. Bruno yang bergaris kelabu, Ms. White, Pinky dan Blue yang sesuai dengan namanya, serta Fred yang bergaris kuning dan Rocky si garis hijau. Baiknya, borong saja semuanya ;)
Sementara itu, untuk menggambar, Staedtler pun tak kalah berinovasi. Produk pensil warna bagus berjejer di lini Staedtler Luna. Pensil warna Luna watercolour dibuat dengan lapisan ABS (Anti Break System) yang berfungsi agar mata pensil tak mudah patah. Seiring dengan teknologi terkini, Staedtler mengkombinasikan bahan pensil warna dengan formula ABS sehingga batang pensil lebih kuat dan tak mudah patah. Murid-muridku senang menggunakan pensil warna Luna watercolour dengan keistimewaan efek cat airnya. Kualitas pensil ini berstandar internasional dengan warna lebih cerah dan alami dan arsiran warna yang lebih pekat. Pensil Staedtler Luna watercolour ini terdiri dari berbagai pilihan jumlah warna dengan kelipatan 12 yaitu 12, 24, 36 hingga 48. Tersedia juga Luna dengan kemasan 12 pendek dan bentuk dueto dengan 12 pensil bolak-balik yang terdiri dari 24 warna. Unik dan anak-anak bangga sekali menggunakannya. Berkali-kali mereka pamerkan keistimewaan pensil Luna ini. Dengan berbagai alternatif campuran warna dan efek, aktivitas menggambar dan mewarnai pun jadi sarana untuk mengeksplorasi daya kreativitas anak, dan mereka melakukannya dengan lebih bersemangat. 
Selain Luna watercolour, Staedtler Luna pun memiliki varian Pensil Warna ‘reguler’ yang berbeda dengan karakter pensil warna watercoloured. Pensil warna ini diperuntukkan untuk anak yang baru belajar mewarnai. Walaupun digenggam dengan kuat seperti rata-rata karakter anak yang baru belajar menulis atau menggambar, pensil warna Staedtler LUNA ini tak mudah patah dengan mata pensil yang empuk dan mudah dipakai, yang tersedia dalam banyak pilihan warnanya. 
Satu varian lain dari pensil warna Luna adalah Luna Triangular coloured dan watercoloured. Dengan bentuknya yang segitiga, pensil ini nyaman dalam genggaman anak sehingga tangan tak akan mudah lelah. Bentuknya yang ergonomis dengan ukuran yang ideal, membuat Staedtler LUNA triangular pas di tangan dan nyaman digunakan. Seri pensil warna ini pastinya jadi pensil warna bagus yang direkomendasikan sebagai pensil terbaik untuk anak. 
Mana yang paling tepat untuk dipilih? Silakan sesuaikan dengan kebutuhan. Sebaiknya sih, bawa anak-anak untuk ikut memilih pensil warna yang mereka suka, supaya ada rasa memiliki hingga tumbuh tanggung jawab untuk menjaga barang miliknya. Oya, jangan lupa beri nama ya di setiap batangnya. Pensil terbaik begini, banyak yang punya dan banyak yang suka. Jangan sampai tertukar dengan punya tetangga. Murid-muridku bisa berantem gara-gara rebutan pensil nanti. Jangan sampai deh...

Minggu, 20 November 2016

Staedtler, Pensil Terbaik Untuk Anak

Beberapa tahun ‘ditanam’ sebagai guru kelas satu SD, pastinya beragam hal kualami. Berbagai pengalaman di keseharian anak-anak, seringkali lucu-lucu hingga bikin haru, semua ada jadi satu. Salah satu yang jadi kisah klasik adalah pengalaman yang terkait dengan pensil. Selalu ada cerita tentang itu.
Ada masanya anak-anak sering kehilangan pensil, tapi tak bisa mengenali kembali pensil mereka sendiri. Tanpa identitas pada pensil mereka, nyaris tidak mungkin menemukan pemiliknya. Alhasil, pensil-pensil tak bertuan menumpuk di kelas. Kukumpulkan batang demi batang, sebagai persediaan jika sewaktu-waktu ada anak yang memerlukan. Tak jarang aku bertanya, siapa pemilik pensil ini atau itu. Tapi jawaban mereka senada, “Tidak tahu.”, begitu default-nya. Dengan ringan mereka mengatakan, “Biar saja. Kalau hilang, nanti bunda beli lagi.” :( Begitu mudahnya mereka berkata, tanpa tahu tanggung jawab yang seharusnya mereka miliki. :(
Di tahun berikutnya, kejadian serupa masih terulang. Banyak pensil hilang tak tentu rimbanya, tapi kali ini tak ditemukan jejaknya. Jadi ketika anak mengatakan bahwa pensilnya hilang, ya... memang begitulah adanya. Phew... mungkin ada semacam segitiga bermuda di kelas, sehingga pensil, bersama penghapus, rautan dan sebangsanya bisa lenyap begitu saja.
Dan tahun ini, tak kalah ‘lucunya’, masih tentang pensil. Anak-anak di kelas suka sekali mengetuk-ngetuk pensil ke meja hingga lead atau mata pensil di bagian dalam sudah patah sebelum diraut. Padahal lead pensil ini adalah bagian terpenting dari sebuah pensil. Apa jadinya jika mata pensil patah berulang-ulang? Tentu proses menulis atau menggambar yang jadi sarana pengembangan kreativitas anak jadi terhambat. Jika saja mereka tahu bahwa perjuangan sebuah pensil dalam bentuknya sekarang ini begitu panjang, mungkin mereka bisa lebih menghargainya.
Pensil ini pertama kali dibuat di tahun 1662 oleh Friederich Staedtler di Jerman, namun baru di tahun 1683, pembuatnya mendapat pengakuan sebagai pembuat pensil pertama di dunia. Melihat potensinya, keturunan ke-3 Friedrich Staedtler kemudian mendirikan pabrik pensil di kota Nuremberg yang kemudian dinamai pabrik J.S. Staedtler. Staedtler telah mengukir sejarah sebagai penemu pensil dengan bentuk seperti sekarang ini, dengan batang kayu dan mata pensil dari campuran grafit dan clay di dalamnya. Dan pensil dengan bentuk klasik begini masih banyak digunakan oleh anak-anak maupun orang dewasa di dunia hingga saat ini.
FYI, batang lead atau mata pensil ini merupakan campuran dari materi tanah liat/clay dengan sejenis batuan bernama grafit, tapi singkatnya kita sebut grafit sajalah ya. Komposisi tanah liat dan grafit ini dikombinasikan secara berbeda untuk membentuk kekerasan yang berbeda dari beragam jenis pensil seperti yang kita kenal sekarang, mulai dari yang paling keras yaitu 2H, H, HB, B, 2B dan seterusnya hingga yang paling lunak yaitu 6B. Di masa kuliah dulu, sebagai mahasiswa Seni Rupa, aku cukup familiar dengan ragam jenis pensil ini untuk membentuk beragam efek dan gaya gambar. Isi kotak pensilku rata-rata pensil staedtler Mars Lumograph yang beragam jenisnya. Sebagai mahasiswa yang biasa-biasa saja, rasanya sudah gaya banget deh kalau punya satu set pensil biru itu. Memang di masa itu Staedtler dirasa sebagai pensil terbaik untuk menggambar. Sampai sekarang sih, rasanya ;)
Saat ini, aku nyaman menggunakan pensil 2B. Memang campuran paling ideal ada di batang pensil 2B yang pas kerasnya dengan goresan hitam yang bersahabat di kertas tapi masih cukup mudah untuk dihapus. Recommended deh untuk dipakai anak-anak early elementary yang baru mulai ‘berkenalan’ dengan pensil di masa awal sekolah mereka. Tentu saja, di masa akhir SD saat mereka menjalani ujian pun, pensil 2B tetap jadi partner ideal bagi mereka. Staedtler ini jaminan pensil terbaik untuk anak sepanjang masa deh...
Satu rekomendasi pensil terbaik untuk anak adalah pensil dengan bentuk segitiga, yang disediakan Staedtler. Produk baru andalannya adalah Staedtler Noris Triangular. Pensil ini berbentuk segitiga yang sangat pas digenggam sehingga tangan tidak mudah lelah saat menggunakannya. Terdiri dari enam pilihan warna yaitu biru, pink, hijau, kuning, putih, dan abu-abu, ini bisa jadi pilihan pas untuk masing-masing karakter murid-muridku di kelas satu. Paduan warna pilihan plus label nama akan menjadikan pensil ini punya ‘kepribadian’ unik. Anak-anak nggak akan mau kehilangan dan pastinya akan mereka jaga baik-baik. 
Pensil berbentuk segitiga semacam Staedtler Noris ini memang dianjurkan untuk anak yang baru belajar menulis. Bentuk segitiga merupakan bentuk yang ergonomis sehingga mudah digenggam atau tepatnya digunakan untuk menulis atau menggambar. Ukurannya pas dan nyaman di jari tangan sehingga mereka tidak mudah lelah saat menggunakannya. Selain itu, pensil Noris ini sudah bersertifikat FSC 100% wood, tanpa bahan tambahan sehingga aman untuk anak. Salah satu pensil terbaik untuk anak, ya pensil Noris Triangular ini.
Selain itu, pensil Staedtler Noris juga memiliki karakter di setiap warnanya, lucu-lucu dan pasti disukai anak-anak. Ayo, miliki salah satunya, segera! ;)
Ragam Karakter Pensil Staedtler Noris Triangular
Tidak jauh berbeda dengan pensil grafit, ‘nasib’ pensil warna pun tak jauh berbeda. Sebagian orang tua murid membekali anak-anaknya dengan pensil warna, mungkin dengan pertimbangan supaya bersih dan tidak mudah patah seperti halnya crayon. Sebetulnya, menurut pendapatku sebagai guru kesenian, crayon lebih pas untuk anak SD kelas kecil karena cepat menutup permukaan dan mudah dibaurkan untuk mencampur warna. Tapi salah satu produk Staedtler adalah pensil warna bagus yang tersedia dalam kemasan 12, 24 hingga 48 warna. Kelebihan pensil warna ini punya mata pensil yang lembut tapi warna cukup kuat.
Varian lain dari pensil warna Luna adalah Luna Triangular coloured dan watercoloured. Dengan bentuknya yang segitiga, pensil ini nyaman dalam genggaman anak sehingga tangan tak akan mudah lelah. Bentuknya yang ergonomis dengan ukuran yang ideal, membuat Staedtler LUNA triangular pas di tangan dan nyaman digunakan. Seri pensil warna ini pastinya jadi pensil warna bagus yang direkomendasikan sebagai pensil terbaik untuk anak. Sedangkan pensil warna Luna watercolour mengandung pigmen warna yang bisa dibaurkan dengan air untuk menghasilkan efek cat air.
Pensil warna ini dibuat dengan lapisan ABS (Anti Break System) yang berfungsi agar mata pensil tak mudah patah. Seiring dengan teknologi terkini, Staedtler mengkombinasikan bahan pensil warna dengan formula ABS sehingga batang pensil lebih kuat dan tak mudah patah. Murid-muridku senang menggunakan pensil warna Luna watercolour dengan keistimewaan efek cat airnya. Kualitas pensil ini berstandar internasional dengan warna lebih cerah dan alami dan arsiran warna yang lebih pekat. Wah... anak-anak senang sekali bereksplorasi dengan pensil warna ini. Mereka senang menggunakannya, dan di saat yang sama sekaligus mengasah kreativitas anak. Ini jadi salah satu produk rekomendasi untuk pensil warna bagus
Ragam pensil warna Staedtler Luna
Eh seriusan, bukan cuma anak-anak, aku juga mau banget punya pensil warna Luna ini. Setelah coba-coba menggunakan pensil warna anak-anak yang tercecer dan tak beridentitas, tampaknya aku harus punya sendiri deh, buat modal mengajar dong. Masa pengen pensil warna bagus tapi modalnya jadi pemulung doang. Aku akan contohkan, pensil pun kuberi nama satu-satu, supaya tidak tercecer dan dipulung orang :p

Sabtu, 21 Mei 2016

Tutorial Origami Kotak Segi Empat

Membuat karya origami itu menyenangkan sekali. Kepuasan ketika berhasil menyelesaikan sebuah bentuk dengan sukses itu, whoaa... tak terkatakan. Tahun lalu, saya menugaskan pembuatan kotak segi tiga untuk murid-murid di kelas 6. Origami ini cukup njelimet untuk dibuat. Anak-anak kelas 6 tahun ini pun sudah belajar membuatnya. Setelah itu selesai, dilanjut dengan membuat kotak segi empat. Membuatnya bisa cepat kok. Tahap-tahap pembuatannya pun lebih sederhana dibandingkan dengan cara pembuatan kotak segi tiga. Buktikan sendiri yuk, lihat langkah-langkah pembuatannya di video di bawah ini.
Tutorial langkah-langkah pembuatannya, sudah tersedia di beberapa laman website di jagad maya sebetulnya, tapi ternyata saya sendiri masih agak pusing mencari tips dan trik paling sip untuk menyelesaikan kotak origami ini. Bertolak dari itu, saya beranikan diri untuk membuat tutorial cara pembuatan kotak segi empat ini. Di video berikut ini yaa.

Video ini memberi gambaran, bahwa sebuah karya, kotak segi empat hasil melipat-lipat kertas itu tidak serta merta terwujud dalam sekejap mata, tapi bisa cukup cepat dibuat jika mau memperhatikan secara cermat. Membuat video tutorial ini juga tidak sederhana walaupun tidak runit-rumit amat juga... . Kembali, video 'mission is possible' ini dibuat untuk ikut berpartisipasi di lomba vlog yang digelar Emak Gaoel.
Setelah berkutat dengan MovieMaker dan tidak kunjung sukses, saya pun melirik dunia maya, mencari-cari aplikasi movie maker online atau video maker gratisan. Ehehee... Ketemulah WeVideo ini yang langsung saya jajal untuk mengeksekusi video tutorial ini. Kali ini cara pembuatan tutup kotak segi empat.
Masih mengandalkan foto-foto hasil bidikan kamera dari posel cerdas saya yang standar saja adanya, bukan handphone canggih sekelas Smartfren Andromax, saya ambil belasan gambar di lantai ruang kelas setelah murid-murid pulang sekolah. Setelah itu, saya mengeditnya sedikit di Microsoft Office Picture Manager hingga foto-foto itu siap diunggah ke WeVideo. Menambahkan sedikit teks, menambahkan judul dan musik (bisa pilih-pilih sendiri di web tersebut), lalu sambungkan dengan account YouTube yang saya miliki Setelah itu, voila... tak berapa lama kemudian video tutorial ini sudah ikut nampang di jagad maya. Tapi yaa... namanya juga aplikasi gratisan, kualitasnya ya sekedarnya saja deh. Teks yang saya sertakan dalam video itu jadi tampak buram. Maaf maaf yaa, jika jadinya kurang jelas. :(
Untuk yang sudah melihat video tutorialnya, selamat berkarya membuat kotak segi empat ini ya. Jangan ragu untuk berkreasi dengan kertas berbagai warna dan motif. Kreasikan kertas polos dengan corak, atau polos dengan warna-warni serba seru. Mari berkarya lagiii...

Minggu, 07 Februari 2016

Beasiswa Al Irsyad Satya 2016

Tahun ini, Al Irsyad Satya kembali membuka peluang untuk bersekolah dengan beasiswa penuh untuk penerimaan siswa di tahun akademik 2016-2017. Syarat dan ketentuan bisa disimak di poster berikut ini. Silakan juga tanya langsung ke admin sekolah kami untuk mendapatkan penjelasan lebih terperinci.
Kesempatan ini terbuka untuk siswa kelas 6 yang akan masuk Secondary 1 di tahun ajaran depan, atau siswa kelas 3 SMP yang akan masuk Junior College. Untuk mempelajari tahapan sekolah dan ragam ketentuan lainnya, silakan kunjungi website resmi sekolah kami, alirsyadsatya.sch.id

Sabtu, 11 Juli 2015

Ramadhan Kali Ini...

Sebagai guru di kelas kecil Sekolah Dasar, menjadi sangat penting untuk menjadi seorang motivator dan role model yang baik untuk murid-murid saya, dan sangat saya sadari bahwa itu bukan tugas yang ringan. Tahun ini, saya ditugaskan untuk menjadi guru kelas 1 SD (lagi). Menyenangkan sekali bertemu dengan anak-anak baru setiap tahunnya. Anak-anak yang manis, tentunya. Beberapa dari mereka sangat energik dan karenanya tak bisa diam, sementara beberapa anak yang lain pintar, rajin, patuh dan cerdas. Mereka senang mendengar cerita sebelum kita melaksanakan shalat dzuhur di kelas dan itu adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan banyak hal yang baik sebagai contoh dalam hidup. 
Selain belajar sabar saat mendengar cerita, mereka pun bisa menyerap hikmah dari kisah yang mereka simak, belajar dari itu dan terinspirasi untuk menjadi orang yang lebih baik. Demikian pula dengan saya sendiri. Belajar dari KSGN, tak tertampung rasanya ilmu yang saya dapat di situ. Tak segan-segan saya ajak teman-teman lain untuk juga ikut bergabung di KSGN agar juga bisa mendapatkan manfaat untuk meng-upgrade diri.  Insya Allah. 
Dan setelah setahun masa belajar di kelas 1, datanglah saatnya libur panjang yang bertepatan dengan Ramadhan. Selain menyemangati diri sendiri, saya pun mendorong murid-murid saya untuk berpuasa. Sebelum Ramadhan, saya menanyakan apakah mereka ingin melakukan puasa penuh selama bulan Ramadhan atau tidak. Beberapa dari mereka sangat bersemangat untuk melakukannya dan menanti-nanti momen Ramadhan. Mereka ingin dan masih perlu pujian, pengakuan terhadap prestasi puasa mereka. Beberapa dari mereka tidak terlalu bersemangat, bahkan meragukan diri mereka sendiri, apakah mereka mampu melakukan puasa sepanjang hari atau tidak. Walaupun begitu, saya tetap memotivasi mereka untuk melakukan puasa, setidaknya sampai pukul 13 ketika mereka berada di sekolah, dan kalau mampu usahakan sampai maghrib. Suatu saat kelak, mereka akan bangga bahwa mereka sudah bisa konsisten berpuasa seharian di bulan Ramadhan, meskipun harus sangat sulit dan menantang saat mereka masih kecil. 
Aktivitas Keseharian
Selama 2 pekan, ada program semacam pesantren Ramadhan di sekolah. Cukup banyak anak-anak yang berpartisipasi di kegiatan itu. Hebaat. Tahun ini tak ada anak yang membawa bekal ke sekolah, jadi memang tak ada alasan untuk membatalkan puasa saat di sekolah. Semoga lanjut sampai maghrib yaa, anak-anak. 
Beragam kegiatan saat sanlat, dipandu guru-guru yang luang (well... dalam waktu yang bersamaan, ternyata cukup banyak juga guru yang dijadwalkan untuk mengikuti training ini dan itu). Tapi walaupun tidak semua guru bisa ikut berpartisipasi di rangkaian kegiatan ini, tentunya tetap seru. Sesain sesi 'ceramah' yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah berhikmah, suntikan motivasi mengenai fungsi puasa, simulasi ragam jenis shalat sunnah hingga shalat Eid, digelar juga beragam lomba. Lomba tahfizh, lomba membuat poster Ramadhan, membuat kartu lebaran, hingga lomba membuat parcel yang akan didonasikan kepada anak yatim, dan diakhiri dengan bakti sosial untuk karyawan harian yang bekerja di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Ini seruuu. Bisa jadi bahan untuk menulis blog posting beberapa seri nih. Buat guru KSGN seperti saya, kegiatan non-rutin begini jadi inspirasi banget untuk menyalurkan hasrat menulis. 
Setelah dua pekan beraktivitas di sekolah, liburan panjang menyambut anak-anak kembali di rumah. Manfaatkan waktu seoptimal mungkin. Setelah subuh, ketika anak tidak pergi ke sekolah, siapkan beragam kegiatan untuk mengisi waktu. Beri contoh kepada mereka bahwa kita, orang tua, juga berkegiatan, tidak hanya kembali tidur setelah shalat subuh. Jika membantu orang tua melakukan kegiatan bersih-bersih rumah terlalu melelahkan untuk anak-anak, sediakan buku-buku yang menarik untuk mereka sehingga mereka dapat membaca cerita berkualitas untuk memulai hari. Tentu akan lebih baik lagi jika membiasakan membaca quran bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga. Ketika saya masih kecil dulu, tak jarang waktu setelah sahur saya lewatkan dengan bermain congklak atau board game semacam monopoli, ludo, halma, dan sebagainya. Itu menyenangkan dan tidak melelahkan sama sekali. Dekat dengan maghrib, saya banyak membaca, bermain game lain, atau menonton TV. Ya ... ya ... saya tahu kadang-kadang stasiun TV tidak memberikan program televisi yang berkualitas untuk anak-anak, sungguh sayang sebetulnya... Ketika anak-anak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, saat itulah kesempatan bagi guru untuk membali ngeblog. Sebagai member KSGN, saya ingin juga dong ikut eksis, ngeblog lagi...! Tapi jangan sampai lupa juga aktivitas menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa.
Yuk Buka Puasa bersama
Maghrib adalah saat ketika anak-anak sangat bersemangat menunggu saat berbuka tiba. Mereka (seperti yang saya lakukan dulu, ketika saya masih anak-anak) ingin mempersiapkan banyak hidangan manis untuk berbuka puasa. Buah aneka jenis dalam sirup manis yang dingin bisa menjadi favorit mereka. Tentunya sangat menyegarkan untuk berbuka puasa dengan fruit mix atau sop buah ini. Yumm.... Selain itu, kolak, hidangan khas Indonesia, tak kalah baiknya sebagai hidangan pembuka setelah berpuasa seharian. Pisang atau ubi jalar yang dimasak dalam kuah manis karena gula merah dengan tambahan sedikit santan, yumm ... hangat atau dingin, ini pasti nikmat sekali. Menunggu maghrib, akan menjadi momen menyenangkan ketika anak berkumpul bersama dan bermain-main sehingga mereka akan melupakan rasa lapar mereka. Kesenangan lain untuk anak-anak adalah ketika mereka memiliki kesempatan untuk membantu orang tua mereka untuk mempersiapkan hidangan untuk ifthar/saat berbuka puasa. Biarkan mereka menyiapkan hidangan, memberi kesempatan pada mereka untuk berguna untuk yang lainnya. Melalui kegiatan ini, mereka belajar untuk berbagi dan berempati. Apa pahala besar yang bisa kita dapatkan dari kegiatan ini.
Sementara itu, guru-guru dalam Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) akan kembali 'mengejar setoran' tulisan. Bersegera menulis blog posting lagi sambil menunggu adzan maghrib berkumandang. Peras otak agar dalam waktu singkat bisa merangkai kata-kata bermakna, tidak sekedar memenuhi target tenggat tulisan, tapi dengan harapan bisa menabur hikmah melalui buah pikiran.
Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya. Semoga Allah menyirami kita dengan berkah-Nya sepanjang bulan suci dan dibersihkan untuk merangkul Syawal, berkenan mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan mendatang untuk mendapatkan keindahan dan beragam hal baik yang bisa kita dapatkan selama bulan berkah. Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua. Amiin.

Minggu, 21 Juni 2015

Lagu Untuk Guru Sejatiku

Lagu ini sudah lama berada dalam memory card. Setelah proses merekam yang seadanya, yang hanya di depan MP3 saja, rasanya belum PD untuk merilis lagu ini ke khalayak (jyaaah...). Ingin sekali merekamnya ulang secara lebih serius. Sudah minta bantuan teman, tapi rupanya belum berjodoh saja. Akhirnya nekat juga. Aku tekadkan, lagu ini harus rilis di akhir tahun pelajaran ini!!!
Mulai dari mengkonversinya dari file wav ke MP3. Setelah itu mulai menyortir foto-foto untuk disisipkan ke dalam rangkaian koleksi foto dalam program MovieMaker. Eh... ternyata aku harus kembali mengunduh MovieMaker ke komputerku yang tempo hari sempat diinstall ulang. Baiklah...
Tak pakai berlama-lama, setelah MovieMaker kembali ter-install di komputerku, segera kumasukkan rangkaian foto-foto koleksiku yang berasal dari kumpulan foto anak-anak P1 Damascus dan P1 Baghdad yang lalu. Beberapa di antaranya foto narsisku juga siih :p Mengeditnya sedikitTak perlu waktu lama untuk memasukkan beberapa foto lalu mengubah-suai sususan foto agar terasa agak nyambunglah dengan lirik lagu, dan memastikan bahwa jumlah foto yang diunggah akan tayang pas dengan panjang lagu yang menyertainya. Tak pakai customize editing, segera kuselesaikan project video MovieMaker ini.
Setelah selesai dengan menyelesaikan video dalam program MovieMaker, file ini harus melewati proses converting files ke MP4 dari wlmp (file moviemaker). Aku gunakan salah satu fasilitas file converting online. Setelah itu, hanya tinggal mengunggahnya ke youtube. Dan inilah hasilnya...
Lagu ini berirama gembira yang menggambarkan semangat yang ditebarkan oleh guru-guru di sekitarku. Beberapa guru di sekolah dasar dan sekolah lanjutan dulu sangat menginspirasiku. Selain ibuku, mereka juga yang jadi inspirasi bagiku untuk menjadi guru. Tapi selain guru-guru di kelas, setelah aku sendiri menjadi guru justru kutemukan bahwa murid-murid kecilku pun bisa mengajari aku banyak hal. Sungguh, mereka semua adalah guru sejatiku, seperti apa yang disampaikan lagu ini. Lagu ini untuk kalian, semua, guru-guru sejatiku. 

Minggu, 17 Mei 2015

Lebah Warna-warni Kami

Beberapa waktu lalu, anak-anak berkarya dengan menggunakan lilin atau playdough. Perjuangan ekstra nih, ya persiapannya, ya eksekusinya. Ketika anak-anak suka, hadeuh... susah banget disuruh berhenti. Dimulai dengan latihan membuat bentuk dasar berupa bola dan tetesan air. Setelah bisa membuat bentuk dasar, mereka akan bisa membuat apa saja. Insya Allah.
Bahan dasar untuk project craft kali ini adalah lilin atau plastisin atau playdough. Sekolah menyediakan lilin, tapi dengan kualitas yang ala kadarnya. Kandungan minyaknya relatif tinggi, sehingga cukup sulit membersihkan tangan setelah berkreasi dengan lilin ini. Lilin yang kami siapkan dari sekolah adalah lilin yang sudah cukup kecil, sesuai dengan porsi yang diperlukan untuk anak-anak. Yang mau bawa sendiri dari rumah, tentu dipersilakan. Yang mau pakai lilin 'jatah' dari sekolah pun boleh. 
Saya siapkan koran untuk alas meja, supaya minyak lilin tak (terlalu) mengotori meja. Siap-siap juga, setelah selesai berkreasi, antrean cuci tangan bisa panjang sekali. Hihi... Kita mengerjakan projek karya seni 3 dimensi ini di kelas. Bentuk dasar yang harus mereka kuasai adalah membuat bentuk bola, tetesan air, 'cacing', hingga daun. Pertama-tama mereka harus meremas-remas lilin malam menjadi 'adonan' yang homogen dan tidak lagi berbutir atau mudah terburai. Membuat bentuk bola dilakukan dengan memutar 'adonan' di antara kedua telapak tangan. Setelah bola, dilanjutkan dengan membuat bentuk tetesan air. Kali ini, satu sisi bola dibuat pipih dengan menggunakan tepian telapak tangan. Boleh juga menggunakan ujung jari untuk membentuk kerucut kecil di puncak 'tetesan'. Beberapa anak mulai merasa kesulitan saat membuat bentuk ini. 
Selanjutnya adalah bentuk 'cacing' yang bisa didapat dengan proses memilin atau menggiling lilin dengan telapak tangan di atas meja sebagai alasnya. Ini pun ternyata cukup sulit dilakukan oleh anak-anak kelas 1. Bentuk 'cacing' seringkali tak sukses terbentuk, putus-putus, atau suka-suka anak saja mereka buat dengan ukuran 'jumbo'. Hmm... Dan yang terakhir adalah bentuk daun yang pipih, didapat dengan menipiskan bola di telapak tangan. Tak jarang anak-anak membuat bentuk ini dengan ekstra tipis. Dan dalam keseluruhan proses, banyak sekali anak yang minta dibantu. Dengan demikian, saya tak sempat mengambil gambar saat proses pembelajaran berlangsung. Beberapa foto baru saya ambil setelah anak-anak selesai berkarya. Ini dia beberapa hasil karya mereka.

Origami Balon

Tampak simpel. Aktivitas ekskul kita di hari yang lalu. Pertemuan pertama di tahun ajaran baru setelah libur 2 bulanan. Mengulang aktivitas ...