Kelamaan...! Tapi itu yang biasa diucapkan banyak orang saat makanan mereka jatuh ke lantai. Sayang untuk dibuang begitu saja. Dengan alasan 'belum lima menit', atau mungkin belum lima detik, atau bahkan ada yang sedikit strict dengan aturan belum tiga detik. Tapi bahkan tiga detik pun sudah terlalu lama. Begitu menurut studi yang dilakukan di University of Arizona. Faktanya, 50% pria mempercayai bahwa makanan yang jatuh ke lantai, masih aman dimakan selama belum menempel selama 5 detik, bahkan perempuan yang mempercayai hal ini mencapai angka 70%.
Faktanya, bakteri bisa ada di mana saja, dan kita boleh takjub bahwa kecepatan mereka untuk menempel di makanan yang jatuh ke permukaan lantai atau bahkan meja makan sekalipun, ternyata cepat sekali. Dan saat kuman itu masuk ke tubuh kita bersama makanan, kita perlu waspada. Untuk aku yang anak kampung, makan makanan 'kotor' bukan masalah besar. Lambung dan ususku cukup kebal bahkan mungkin 'bersahabat' dengan beberapa kuman. Tapi untuk murid-muridku yang rata-rata 'anak kota', yang terbiasa dengan pola hidup (teramat) higienis, kuman bisa jadi adalah salah satu musuh besar mereka. Salah makan sedikit bisa berakibat masuk rumah sakit. Hmm... apakah aku berlebihan? Rasanya tidak. Cukup sering isi kelas tak lengkap karena ada saja anak yang sakit.
Sudah jadi salah satu tugas dan tanggung jawab guru untuk ikut memperhatikan menu dan pola makan murid-muridnya. Boleh dibilang, aku termasuk 'polisi' di sekolah. Selalu kuingatkan anak-anak untuk menghabiskan makanan yang sudah mereka ambil sendiri ke piring mereka, juga (minimal) mencicipi sayur yang dihidangkan. Sampai beberapa murid kelas atas mengingatku sebagai miss Veggie karena setiap ketemu mereka saat makan siang, kerjaanku cuma mengingatkan mereka untuk makan sayur belaka :p
Nah, kalau mereka tidak suka dengan makanannya, mulai deh aksi membuang sedikit-dua dikit makanan ke meja makan atau bahkan menjatuhkannya ke lantai. Ya itu dia yang jadi alasan untuk membuang-buang makanan. Aku nggak suka deh kalau lihat meja dan lantai kotor berantakan. Mengundang kuman dan lalat ke sekitar. Susahnya, kalau anak diingatkan untuk membersihkan, mereka suka beralasan bahwa itu bukanlah sampah yang dihasilkan olehnya (padahal kalau bantu membersihkan, itu jadi ladang pahala buat mereka kan, selain menciptakan lingkungan bersih yang keuntungannya buat mereka juga). Tapi terkadang, komentar mereka bikin aku meradang juga, karena katanya, "Aku nggak mau mberesin. Biar OB (Office Boy) ajalah yang mberesin. Mereka kerja untuk itu kan?" Masya Allah... jika kebersihan sebagian dari iman, apa cuma staf OB aja yang beriman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar