Mengajar Kesenian itu asyik-asyik susah. Asyiknya karena memang kegiatannya fun, seru. Anak-anak biasa menunjukkan antusiasme di setiap sesinya. Adik-adik kelas kecil biasanya terkagum-kagum melihat hasil karya kakak kelasnya yang 'spektakuler' -di mata mereka, tentunya-, sementara kakak kelasnya 'berdarah-darah' menyelesaikan proyek yang menantang.
Proyek String Art Fun ini, misalnya. Beberapa anak berjibaku, bersimbah peluh untuk memberikan karya terbaik mereka. Mulai dari mengampelas tripleks yang akan digunakan sebagai alas karya, lalu berlengket-lengket menempel kain felt dengan warna pilihan mereka di atas tripleks itu. Dilanjut dengan membenamkan jarum pentul satu demi satu sesuai dengan pola kapal yang telah kusediakan. Alhamdulillah, tak ada satu pun anak yang terluka di sepanjang proses ini. Tak ada pula yang coba-coba iseng atau bermain-main dengan jarum pentul atau palu yang mereka bawa dari rumah. Anak-anak kelas 5 ini telah cukup bertanggung jawab untuk mengindahkan keselamatan kerja saat berkarya.
Berlanjut dengan mengikatkan benang sulam di antara paku-paku itu, wah... luar biasa. Berkali-kali kudengar panggilan untukku di sana-sini dari seantero penghuni kelas. Minta dibantu ;) Tapi ada juga yang mandiri dan bekerja cepat sekali. Ada yang request, minta benang khusus. Wow... aku mesti pergi sendiri nih ke King's Textile Center untuk membeli benang model pelangi. Nggak pake mobil sekolah. Bukan di jam kerja, pula. Ya sudahlah, kujabanin juga. Dan hasilnya? Karya benang yang tidak mengecewakan, bukan?
Lain lagi dengan karya anak-anak kelas 1. Aku yang keringatan di sini. Aku mesti memotong-motong plastisin/lilin malam berminyak yang dibelikan sekolah segedambrengan. Padahal aku minta paket-an yang sudah berukuran kecil, berwarna-warni pula. Tapi ya... daripada minta tukar dan perlu waktu lama lagi, akhirnya ya kumanfaatkan juga itu barang yang dibelikan sekolah. Dan anak-anak sibuk negosiasi. "Miss, aku mau yang warna merah." "Miss, aku mau yang warna biru!" dan seterusnya, dan sebagainya. Hadeuh...
Kubuat mereka keringatan juga akhirnya (bukan balas dendam, lho... :p) Karena bukan lilin berkualitas tinggi yang kami punya, maka anak-anak harus meremas-remasnya dulu beberapa waktu sebelum sukses dibentuk sesuai keinginan. Ternyata, ada juga sih anak-anak yang kesulitan meremas lilin itu. Hasilnya: lilin malam malah jadi bubuk dan berhamburan mengotori meja dan lantai. Naah, ini baru 'pembalasan dendam' anak-anak padaku, karena sesudah itu, dibantu anak-anak pun, aku tetap harus membersihkan 'sisa-sisa perjuangan' mereka. Waktu belajar selama 2 peride (60 menit) tidak cukup untuk mengerjakan karya ini. Aku harus memberi petunjuk pengerjaan karya kepada anak-anak, membimbing beberapa dari mereka yang memerlukan, hingga merapikan kembali pekerjaan mereka, plus mencuci tangan bersih-bersih (dan meminta mereka mencuci tangan pun ternyata perlu waktu yang cukup lama). Tapi bagaimana pun hasilnya karya mereka, mereka tak sabar untuk membawa pulang lebah buatan mereka. Sabar ya nak. Miss Diah harus mencuci tangan juga bersih-bersih sampai tangan kembali kesat tak berminyak sebelum memberi nilai pada karya kalian. Jika sudah selesai, si lebah (yang mestinya lucu ini) boleh kok kalian bawa pulang ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar