Sebuah proyek gambar bersama kuberikan pada kelas 7 a.k.a. 1 SMP, bertema ilustrasi pelengkap cerita. Kubagi anggota kelas menjadi tiga kelompok, dan masing-masing kelompok akan mengerjakan satu ilustrasi, pelengkap kisah cerita rakyat Malin Kundang yang akan diikutsertakan dalam lomba menggambar dan bercerita yang diselenggarakan oleh Bale Seni Barli yang juga berlokasi di Kota Baru Parahyangan.
Murid-murid, melalui diskusi pendek, menentukan sendiri cerita yang akan mereka wujudkan dalam beberapa sekuens gambar. Mereka sudah cukup punya pertimbangan mengenai pengenalan cerita yang berkait dengan tingkat kesulitan, teknik menggambar, dan kemampuan bekerja sama dalam tim. Mereka bisa membagi tugas (secara teoritis demikian, walaupun pada praktiknya masih ada yang lebih suka dan lebih puas bekerja sendiri atau justru tidak ikut aktif ambil bagian dalam kerja kelompok).
Pada intinya, setiap kelompok menyepakati sebuah tema untuk diwujudkan menjadi gambar tertentu sebagai pelengkap kisah cerita rakyat yang akan dibawakan oleh Rinad, salah seorang dari mereka pada event lomba di akhir pekan lalu (Sabtu-Minggu, 24-25 April 2010).
Kelompok pertama menggambarkan momen perpisahan antara Malin Kundang dan ibundanya. Vania (terutama) dan teman-temannya menyelesaikan gambar dan mengumpulkannya tepat waktu seperti yang diminta. Kualitas gambarnya sangat bagus, buah dari ketekunan dan minat yang besar untuk mewujudkan gambar terbaik. Well done, Vania.
Murid-murid, melalui diskusi pendek, menentukan sendiri cerita yang akan mereka wujudkan dalam beberapa sekuens gambar. Mereka sudah cukup punya pertimbangan mengenai pengenalan cerita yang berkait dengan tingkat kesulitan, teknik menggambar, dan kemampuan bekerja sama dalam tim. Mereka bisa membagi tugas (secara teoritis demikian, walaupun pada praktiknya masih ada yang lebih suka dan lebih puas bekerja sendiri atau justru tidak ikut aktif ambil bagian dalam kerja kelompok).
Pada intinya, setiap kelompok menyepakati sebuah tema untuk diwujudkan menjadi gambar tertentu sebagai pelengkap kisah cerita rakyat yang akan dibawakan oleh Rinad, salah seorang dari mereka pada event lomba di akhir pekan lalu (Sabtu-Minggu, 24-25 April 2010).
Kelompok pertama menggambarkan momen perpisahan antara Malin Kundang dan ibundanya. Vania (terutama) dan teman-temannya menyelesaikan gambar dan mengumpulkannya tepat waktu seperti yang diminta. Kualitas gambarnya sangat bagus, buah dari ketekunan dan minat yang besar untuk mewujudkan gambar terbaik. Well done, Vania.
Kelompok kedua menggambar adegan kedatangan Malin Kundang beserta istrinya dengan armada kapal yang mewah, namun dia sendiri sudah berubah menjadi seorang pribadi yang tinggi hati, senang berbangga diri.
Kelompok ketiga menggambarkan situasi pada saat ibunda Malin Kundang ingin menyambut kedatangan putranya namun ditolak dengan kasar oleh Malin Kundang yang malu mengakui wanita tua miskin itu sebagai ibu kandungnya.
Kelompok terakhir menggambarkan adegan dikutuknya Malin Kundang oleh sang ibu. Berbagai versi cerita mengenai ini beredar. Ada kisah yang menggambarkan Malin Kundang berubah menjadi batu saat dia berada di hadapan sang ibu, namun versi yang lain menyebutkan bahwa dia berubah menjadi batu saat dalam pelayaran, dihantam badai dahsyat.
Apapun versi ceritanya, hikmah dari cerita ini adalah agar kita tetap rendah hati, ingat pada asal muasal kita, dan tetap menaruh hormat pada orangtua kita, terutama ibu yang telah begitu berjasa melahirkan dan membesarkan kita. Di sisi lain, sebagai ibu pun, dituntut keikhlasan yang tulus dalam membesarkan putra-putri, agar tidak keluar kata-kata buruk yang diijabah sebagai doa.
Rinad menyampaikan cerita ini dengan sangat baik. Ada pesaing yang terlihat cukup ketat membayanginya, dengan pronunciation yang juga sangat baik, tapi dia hanya membawa satu gambar saja. Sementara Rinad, dengan 4 set gambar yang terlihat cukup menyolok, bahkan dilihat dari kejauhan sekalipun, hm... kurasa itu jadi poin tambahan untuknya. Well... aku sebetulnya berperan cukup banyak menyempurnakan ketiga gambar lainnya (terlihat dari gaya gambar yang sangat mirip bukan, pada gambar ke-2 hingga ke-4). Tapi aku pun puas bisa menyelesaikannya dengan (cukup) baik. Dan ketika hasil akhir diumumkan, aku tidak terlalu terkejut ketika akhirnya Rinad dinobatkan sebagai juara pertama. Dia berhak mendapatkannya.
Apapun versi ceritanya, hikmah dari cerita ini adalah agar kita tetap rendah hati, ingat pada asal muasal kita, dan tetap menaruh hormat pada orangtua kita, terutama ibu yang telah begitu berjasa melahirkan dan membesarkan kita. Di sisi lain, sebagai ibu pun, dituntut keikhlasan yang tulus dalam membesarkan putra-putri, agar tidak keluar kata-kata buruk yang diijabah sebagai doa.
Rinad menyampaikan cerita ini dengan sangat baik. Ada pesaing yang terlihat cukup ketat membayanginya, dengan pronunciation yang juga sangat baik, tapi dia hanya membawa satu gambar saja. Sementara Rinad, dengan 4 set gambar yang terlihat cukup menyolok, bahkan dilihat dari kejauhan sekalipun, hm... kurasa itu jadi poin tambahan untuknya. Well... aku sebetulnya berperan cukup banyak menyempurnakan ketiga gambar lainnya (terlihat dari gaya gambar yang sangat mirip bukan, pada gambar ke-2 hingga ke-4). Tapi aku pun puas bisa menyelesaikannya dengan (cukup) baik. Dan ketika hasil akhir diumumkan, aku tidak terlalu terkejut ketika akhirnya Rinad dinobatkan sebagai juara pertama. Dia berhak mendapatkannya.
2 komentar:
Selamat siang, Saya Ali dari NUSANTARA MAGAZINE (Majalah gratis untuk belajar bahasa inggris untuk warga negara asing). Saya berniat untuk memasang salah satu ilustrasi tentang malin kundang yang ada di blog ini di majalah saya, apakah saya diperbolehkan? mohon ijinnya. terima kasih.
berikut link majalah NUSANTARA MAGAZINE; http://www.facebook.com/pages/Nusantara-Magazine/331544450197554
Untuk konfirmasi bisa langsung dikirim ke email saya di; alimurtadhonuri@gmail.com
Sekali lagi mohon ijin dan terima kasih.
Silakan, mas Ali. Terima kasih atas apresiasinya. Mohon maaf atas tanggapan yang terlambat dari saya :)
Posting Komentar